Jusuf Kalla: Self Asesmen, Fondasi Hadapi Bencana di Masa Mendatang

Jusuf Kalla Membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PMI di Jakarta. (Dok. PMI)

Jakarta, WaraWiri.netPalang Merah Indonesia (PMI) menggelar Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Tahun 2025 dengan tema “Memperkuat Kinerja, Meneguhkan Pengabdian”. Mukernas dibuka oleh Ketua Umum PMI Jusuf Kalla di Markas Pusat PMI, Jakarta, pada Senin (22/12) dan diikuti oleh Ketua PMI Provinsi serta Kabupaten/Kota se-Indonesia secara daring.

Mukernas PMI 2025 menekankan self asesmen atau penilaian mandiri sebagai fondasi utama dalam memperkuat kesiapsiagaan PMI menghadapi risiko bencana dan krisis di masa mendatang. Penilaian ini menjadi langkah strategis untuk memetakan kapasitas organisasi, sumber daya, serta tingkat risiko di masing-masing wilayah.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menegaskan pentingnya kesiapan PMI di setiap daerah, khususnya dalam mengenali dan memahami risiko bencana yang ada di wilayahnya. Ia menyoroti bencana banjir dan longsor yang kembali melanda sejumlah wilayah di Sumatera sebagai pengingat bahwa kesiapsiagaan tidak bisa ditunda.

“Bencana banjir dan longsor yang terjadi di berbagai wilayah Sumatera menunjukkan bahwa risiko akan selalu ada dan terus berulang. Karena itu, PMI di setiap daerah harus benar-benar mengenali risiko wilayahnya dan menyiapkan diri sejak awal agar dapat merespons secara cepat dan tepat saat bencana terjadi,” ujar Jusuf Kalla.

Jusuf Kalla juga menekankan peran relawan sebagai ujung tombak penanggulangan bencana PMI. Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh relawan PMI yang telah bergerak membantu masyarakat, baik dalam situasi bencana maupun dalam pelayanan kemanusiaan rutin.

“Relawan adalah kekuatan utama PMI. Terima kasih kepada seluruh relawan yang dengan tulus melayani masyarakat, hadir di tengah bencana, dan menjalankan tugas kemanusiaan di berbagai kondisi,” tambahnya.

Salah satu agenda utama Mukernas PMI 2025 adalah pemaparan hasil self asesmen PMI secara nasional. Dari hasil penilaian tersebut, diketahui bahwa PMI di seluruh Indonesia memiliki 8.710 personel yang terdiri dari pengurus dan staf. Sumber daya manusia menjadi unsur penting dalam penilaian ini karena berpengaruh langsung terhadap kapasitas respons PMI.

Hasil self asesmen juga mengungkap sejumlah tantangan, salah satunya terkait Palang Merah Remaja (PMR). Tingkat partisipasi PMR dalam kegiatan mengalami penurunan, sementara jumlah Pembina PMR secara nasional baru mencapai sekitar 14 persen. Padahal, PMR merupakan kader awal relawan PMI yang memiliki peran strategis dalam menjamin keberlanjutan gerakan kerelawanan.

Sejalan dengan temuan self asesmen tersebut, Forum Relawan (Forel) PMI menegaskan komitmennya untuk memperkuat sumber daya manusia PMI, khususnya relawan yang terjun langsung melayani masyarakat. Forel berkomitmen penuh dalam peningkatan kapasitas relawan, percepatan respons bencana, serta peningkatan kualitas dan kuantitas Palang Merah Remaja (PMR) dan relawan PMI di seluruh Indonesia. Komitmen ini diharapkan dapat menjawab tantangan ketimpangan kapasitas relawan di daerah-daerah dengan risiko bencana tinggi.

Sekretaris Jenderal PMI A.M. Fachir dalam pemaparannya menyampaikan kilas balik kinerja PMI tahun 2025 sekaligus arah navigasi organisasi menuju 2026. Ia kembali menegaskan delapan mandat PMI sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan, di antaranya membantu pemerintah dalam penanganan bencana dan konflik, pelayanan darah, pembinaan relawan, serta tugas-tugas kemanusiaan lainnya.

A.M. Fachir juga memaparkan rekam jejak keterlibatan PMI dalam berbagai kedaruratan besar, mulai dari tsunami Aceh 2004, gempa Yogyakarta 2006, erupsi Merapi 2010, hingga penanganan banjir dan longsor di Sumatera pada 2025. Ke depan, PMI dihadapkan pada potensi risiko besar seperti megathrust, krisis iklim, zoonosis, dan penyakit menular.

“Risiko bencana yang rutin dihadapi PMI adalah banjir, longsor, erupsi, serta krisis kesehatan. Risiko-risiko ini masih akan terus terjadi. Karena itu, self asesmen menjadi sangat penting agar PMI di setiap wilayah memahami kapasitasnya, mulai dari SDM, logistik, hingga kesiapan organisasi dalam menghadapi risiko ke depan,” jelas A.M. Fachir.

Lebih lanjut, self asesmen juga menilai kesesuaian data risiko dan kapasitas di masing-masing daerah. Ditemukan adanya perbedaan data antara yang disampaikan ke publik dengan data internal markas, yang menjadi bahan evaluasi penting untuk memperkuat integrasi data dan perencanaan yang lebih akurat.

Dalam navigasi menuju 2026, PMI menetapkan sejumlah prioritas, antara lain penguatan kepemimpinan di setiap daerah, penerapan manajemen organisasi yang profesional dan akuntabel, pemerataan serta peningkatan kompetensi SDM, penguatan fasilitas dan logistik, serta peningkatan pelibatan masyarakat dan sinergi dengan para mitra.

Penanganan bencana di Sumatera juga menjadi salah satu fokus kerja PMI dalam satu tahun ke depan. Pada dua bulan pertama, PMI memprioritaskan pembersihan wilayah terdampak guna membantu masyarakat dapat kembali ke rumah, dengan target percepatan pemulihan sebelum Idul Fitri 2026. (Burhan)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar







ADVERTISING

ADVERTISING