Program PSPP Turut Menyasar Pendidikan Vokasi PKPLK pada Peringatan Hardiknas 2025

Program PSPP Turut Menyasar Pendidikan Vokasi PKPLK pada Peringatan Hardiknas 2025. (Dok. Kemendikdasmen)

Banyumas, WaraWiri.net - Program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan (PSPP) turut menyasar kepada satuan pendidikan di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (PKPLK), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Pada tahun 2025, terdapat lebih dari 750 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan lebih dari 150 sekolah luar biasa (SLB) di seluruh Indonesia yang juga akan direhab. 

Tujuannya adalah agar proses pembelajaran siswa dapat berjalan lebih baik dalam mencapai standar mutu yang diharapkan. Sementara itu, untuk sanggar kegiatan belajar (SKB) dan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), program ini akan menyasar kepada lebih dari 50 satuan pendidikan.

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus, Tatang Muttaqin, mengatakan bahwa sasaran Program PSPP sangat beragam, mulai dari pembangunan dan perbaikan ruangan belajar, pembangunan ruang praktik, toilet sekolah, hingga kantin sekolah.

“Semuanya itu tidak hanya demi menghadirkan sekolah yang nyaman, tetapi juga meningkatkan kompetensi siswa yang dapat berimbas pada kebekerjaan siswa. Program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan ini akan memberikan dampak pada proses pembelajaran yang lebih berkualitas untuk lulusan pendidikan vokasi PKPLK yang terampil, mandiri, dan berdaya saing,” ujar Tatang di Banyumas, Jumat (2/5).

Bersamaan dengan agenda peluncuran program PHTC di Bogor, turut dilakukan agenda groundbreaking pada 11 titik satuan pendidikan di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK. Kesebelas titik tersebut adalah SMKN 3 Banda Aceh (Aceh), SMKN 3 Banyumas (Jawa Tengah), SMKN 2 Banjarbaru (Kalimantan Selatan), SMKN 3 Kupang (Nusa Tenggara Timur), SLB Putra Bakti (Lampung), SLBN Slawi (Jawa Tengah), SLB YPAC Makassar (Sulawesi Selatan), SKB H. Dariyah (Aceh), SKB Kebumen (Sulawesi Selatan), SKB Biringkanaya (Sulawesi Selatan), dan PKBM Al-Firdaus (Kalimantan Selatan).

Kepala PKBM Al-Firdaus, Aar Apriani, mengatakan bahwa program ini akan mendatangkan banyak manfaat dalam peningkatan aktivitas pembelajaran bagi warga belajar di PKBM tersebut. Proses perbaikan bangunan yang dilakukan, lanjut Aar, diharapkan dapat menopang aktivitas pembelajaran dan kegiatan lain di satuan pendidikan nonformal tersebut.

“Ruangan belajar kita sangat kecil di sini dan hanya dua kelas. Sejauh ini mengatur waktu pembelajaran dari Kamis sampai Sabtu. Di rombel (desa) lain kita atur Senin sampai Rabu, atau Sabtu sampai Senin, tergantung kesepakatan. Kita pakai fasilitas desa atau fasilitas sekolah yang ada di sana,” terang Aar sembari mengatakan bahwa terdapat 340 warga belajar di PKBM yang berada di Desa Sungkai, di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar tersebut.

Di lain tempat, Kepala SLB Negeri Slawi, Ninik Basri Martini, mengatakan bahwa program perbaikan ini akan menjawab keresahan para guru dan wali murid akan adanya ruang pembelajaran khusus bagi siswa tunarungu dan tunagrahita yang selama ini belajar di ruang yang sama. Menurutnya, keberadaan ruang pembelajaran khusus tidak hanya membuat proses belajar dan mengajar lebih nyaman, tetapi juga mendukung kemandirian dan menumbuhkan potensi siswa. 

Dalam proses pembangunan ini, lanjut Ninik, ia berkolaborasi dengan komite sekolah untuk terlibat aktif membersamai proses pembangunan. "Jadi tidak hanya guru yang antusias, tapi orang tua juga sangat bersemangat untuk terlibat dalam program ini karena ini adalah hal yang mereka inginkan, anak-anak bisa mandiri," kata Ninik.

Salah seorang siswa kelas XI dari SMKN 3 Banyumas, Shellena Arshani, mengungkapkan kegembiraannya karena melalui program ini karena sebentar lagi mereka dapat belajar di ruang praktik yang semestinya. Shellena beserta teman-teman sejawatnya merasa tidak perlu khawatir lagi kalau tiba-tiba ruang praktik di sekolah yang berfokus pada seni pertunjukan tersebut roboh karena sudah lapuk dimakan usia seperti yang pernah terjadi beberapa waktu yang lalu.

“Dengan ruangan yang akan diperbaiki ini, saya harap bisa menghadirkan suasana belajar yang jadi lebih hidup, optimal dan mendukung kreativitas serta kerja kolaboratif antarsiswa,” ucap Shellena.

Proses pembangunan gedung dan ruang praktik siswa di SMKN 3 Banyumas dalam program Perbaikan Sarana dan Prasarana Pendidikan ini juga melibatkan partisipasi masyarakat—tukang-tukang—yang notabene merupakan masyarakat sekitar sekolah. Kiman, warga setempat yang mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam proses pembangunan, menyampaikan apresiasinya atas program ini. 

Menurutnya, ini merupakan salah satu bentuk kehadiran pemerintah dalam menghadirkan sarana pendidikan yang memadai. Sebagai warga, ia turut berbangga karena SMK yang telah hidup bersama masyarakat Banyumas bisa meningkatkan kualitas sarana prasarananya. Selain itu, proses revitalisasi yang melibatkan masyarakat setempat juga turut menghidupkan roda perekonomian masyarakat. 

“Kami ikut senang karena kami juga merasa memiliki sekolah ini. Selain itu, bagi kami yang berprofesi sebagai tukang bangunan juga turut mendapatkan manfaatnya. Kami jadi memiliki pekerjaan dan penghasilan sehingga dapur kami bisa tetap berasap,” ucap Kiman. (Fitri)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar







ADVERTISING

ADVERTISING