Depok, WaraWiri.net - Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen), Atip Latipulhayat, menyampaikan apresiasi tinggi terhadap langkah inovatif sekolah dalam mengakomodasi peserta didik berkebutuhan khusus (ABK), meskipun belum tersedia guru pendamping secara formal. Saat ini, sekitar 3% dari total siswa di sekolah tersebut adalah siswa ABK dengan berbagai tingkatan hambatan belajar.
“Agenda saya hari ini adalah melihat langsung praktik pendidikan inklusi di lapangan. Saya melihat SMPN 8 Depok ini sangat bagus. Meskipun belum memiliki guru pendamping khusus, kepala sekolah dan para guru mampu menanggulangi kondisi tersebut dengan penuh kreativitas. Ini menjadi contoh keberhasilan yang perlu diapresiasi,” ujar Wamen Atip kunjungan kerja ke Kota Depok pada Selasa (27/5) untuk meninjau langsung pelaksanaan pendidikan inklusi di SMPN 8 Depok.
Menanggapi pertanyaan mengenai keberadaan guru pendamping, Wamendikdasmen menekankan bahwa idealnya setiap sekolah inklusi memang dilengkapi dengan tenaga pendamping khusus. "Yang patut diapresiasi, sekolah ini tidak menunggu kondisi ideal tersebut. Mereka mengambil langkah proaktif dengan membekali para guru yang ada agar mampu menjalankan fungsi pendampingan secara efektif,” ujarnya, menyoroti pendekatan adaptif yang diambil pihak sekolah. Pada kesempatan ini, Wamendikdasmen juga menyempatkan memberikan bantuan kepada sekolah.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Kementerian saat ini tengah menyiapkan strategi komprehensif untuk mengatasi tantangan penyediaan guru pendamping, mulai dari skema pelatihan hingga peningkatan kompetensi SDM. “Kami terus mengupayakan agar kebutuhan ini segera terpenuhi," imbuhnya
Dalam kesempatan yang sama, Wamendikdasmen juga mengapresiasi program Rumah Istimewa yang diinisiasi Pemerintah Kota Depok. Program ini bukan sekolah, melainkan layanan pendukung untuk membantu sekolah-sekolah inklusi yang belum memiliki guru pendamping. Rumah Istimewa berfungsi sebagai pusat layanan bagi siswa ABK agar tetap mendapatkan perhatian khusus di luar sekolah.
Kunjungan ini menjadi bagian dari rangkaian monitoring kebijakan pendidikan inklusi, sekaligus bentuk dukungan nyata Kemendikdasmen terhadap satuan pendidikan yang terus berupaya menjamin hak pendidikan bagi semua anak tanpa kecuali.
Kemendikdasmen meyakini bahwa inklusi bukan hanya soal ketersediaan fasilitas, tetapi juga tentang semangat kolaborasi, empati, dan inovasi dalam menjawab kebutuhan setiap anak. Dengan sinergi antara pusat, daerah, dan sekolah maka pendidikan inklusif, bermakna, dan berkelanjutan dapat terwujud. (Jio)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar