Sampaikan Tahniah Doktor ke KH Arif Fahruddin, Buya Amirsyah Dorong Pimpinan MUI Tuntaskan S3

Sampaikan Tahniah Doktor ke KH Arif Fahruddin, Buya Amirsyah Dorong Pimpinan MUI Tuntaskan S3. (Dok. MUI/Istimewa)

 Jakarta, WaraWiri.net - Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyampaikan tahniah atas diraihnya doktor oleh KH Arif Fahruddin yang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI.

Ucapan ini disampaikan oleh Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan kepada MUIDigital, Selasa (24/09/2024) di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat. 

"Kami menyampaikan tahniah kepada Dr Arif Fahruddin Wakil Sekretaris Jenderal MUI (telah) meraih gelar doktor," kata Buya Amirsyah seusai Rapat Dewan Pimpinan MUI. 

Buya Amirsyah menyebut, diraihnya prestasi akademik doktor oleh Kiai Arif Fahruddin ini bisa membuatnya lebih berkontribusi kepada umat dan bangsa. 

Buya Amirsyah menilai, Kiai Arif merupakan tokoh ulama yang masih muda dan energik. 

"Kami mendorong dari kepengurusan MUI untuk terus para pimpinan menyelesaikan gelar akademik. Beberapa pengurus ada yang masih belum selesai," sambungnya. 

"Beberapa pengurus ada yang masih belum selesai seperti misalnya bapak Asrori S Karni, bapak Sholahuddin Al Aiyub dan tokoh-tokoh lain yang diberikan kesempatan belajar termasuk Bendahara Umum MUI bapak Misbahul Ulum," jelasnya.

Buya Amirsyah menyatakan, hal ini didorong agar MUI kepengurusannya terdiri dari tokoh-tokoh yang menumbuhkan predikat akademik yang berprestasi sehingga, mampu memberikan kontribusi terhadap persoalan-persoalan keumatan dan kebangsaan.

Lebih lanjut, Buya Amirsyah menilai, sosok Kiai Arif Fahruddin yang telah meraih gelar doktor ini sebagai sosok yang aktif berikhtiar dalam rangka berkontribusi terhadap pengetahuan dan pengembangan keislaman. 

Kiai Arif yang menempuh pendidikan doktor tafsir di Institut Ilmu Alquran (IIQ) diharapkan dapat menjawab dinamika keumatan dan kebangsaan lewat keilmuan tafsirnya.

"Tentu kita harapkan tafsir-tafsir yang bisa lebih tematik untuk bisa menjawab dinamika keumatan dan kebangsaan. Adapun yang klasik, dapat dijadikan sebagai bagian rujukan untuk melihat bagaimana persoalan-persoalan yang dihadapi umat dengan sebaik-baiknya," tutupnya. (Putra/Yadi)

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar







ADVERTISING

ADVERTISING