Festival Pengendalian Lingkungan Untuk Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup

Festival Pengendalian Lingkungan Untuk Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup. (Dok. KemenLHK)

Jakarta, WaraWiri.net - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan menggelar Festival Pengendalian Lingkungan perdana yang dilaksanakan pada hari Selasa – Rabu, 23 – 24 April 2024 bertempat di Manggala Wanabakti Jakarta. Festival ini berlangsung simultan dengan Rapat Kerja teknis Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) menyangkut kebijakan dan instrumen pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. 

Penyelenggaraan perdana Festival Pengendalian Lingkungan tahun ini dilaksanakan untuk pertama kalinya sebagai sebuah inisiasi yang bertujuan merangkul masyarakat dan semua pemangku kepentingan dalam perjalanan keberlanjutan upaya mengendalikan pencemaran dan memulihkan kerusakan lingkungan, demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro pada konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/04/24). 

Mengusung tema “Atasi Pencemaran dan Pulihkan Lingkungan”, agenda utama Festival Pengendalian Lingkungan 2024 adalah Rapat Kerja Teknis yang bertujuan untuk mengkoordinasikan dan sinkronisasi penyelenggaraan rencana kerja program Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan Indeks Respon Lingkungan Hidup (IRLH) Tahun 2024; pemantapan dan sinkronisasi penyelenggaraan PROPER serta strategi peningkatan ketaatan industri; pembinaan, wadah saling bertukar pikiran, dan kolaborasi antar pemangku kepentingan antara lain pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, komunitas masyarakat, dan generasi muda; serta apresiasi dan ekspos capaian kinerja perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Kegiatan Festival ini berusaha menjawab tantangan pengelolaan lingkungan hidup secara khusus yang dihadapkan dengan beberapa isu penting nasional dan internasional antara lain kontribusi pilar pelestarian lingkungan terhadap pencapaian target SDG’s dan penanganan isu triple planetary crisis yaitu perubahan iklim, polusi, dan ancaman kehilangan keanekaragaman hayati. Pada tahun pertama penyelenggaraan Festival Pengendalian Lingkungan, KLHK ingin merangkul dan memperkuat kolaborasi dengan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan untuk melanjutkan upaya mengendalikan pencemaran dan memulihkan kerusakan lingkungan.

Sigit menjelaskan, pemilihan tema ini bertujuan untuk mengidentifikasi solusi konkret dan strategis yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi pencemaran dan memulihkan lingkungan. Melalui kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan akademisi, diharapkan dapat diciptakan kebijakan, teknologi, dan praktik yang berkelanjutan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Dalam konteks ini, tema tersebut menjadi semakin mendesak sebagai fokus untuk menghadapi tantangan ini secara bersama-sama. Mendesak perlunya tindakan terkoordinasi dan inovatif.

Dua program utama Ditjen PPKL yang juga akan dibahas dalam Festival Pengendalian Lingkungan yaitu Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) dan Program Penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Kedua program tersebut menitikberatkan pada kolaborasi dan partisipasi aktif dari seluruh pihak yang terlibat. Banyaknya pihak yang terlibat dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya pelaksanaan IKLH dan PROPER perlu untuk dilakukan koordinasi dengan pendekatan yang baru yang mampu menciptakan orkestrasi dan penyatuan visi dan misi yang ingin dicapai.

Dengan menggabungkan ekspos kinerja, forum diskusi, inovasi, forum konsultasi, dan pameran, Festival ini menjadi wadah yang unik untuk membangun kesadaran dan tindakan positif terhadap isu-isu lingkungan yang semakin mendesak. Sebagai bagian dari ekspos kinerja dan komitmen, diselenggarakan pula pameran yang terdiri dari 42 booth yang diikuti oleh 28 peserta. Kegiatan pameran bertujuan menyediakan sarana dan media bagi dunia usaha, institusi pemerintah, akademik untuk menampilkan eco inovasi, demo dan aksi program pemberdayaan masyarakat, serta teknologi pemantauan.

Sesi forum konsultasi (coaching clinic) yang dapat dihadiri oleh masyarakat dan dunia usaha yang membutuhkan informasi dan layanan proses Persetujuan Teknis Pembuangan Air Limbah dan Emisi. Tak hanya itu, KLHK akan menyelenggarakan Local Hero Inspirational Award serta kumpul bersama untuk para local hero lingkungan di komunitas masyarakat.

Generasi muda juga dilibatkan dalam kegiatan Festival diantaranya dalam Diskusi interaktif yang mnengusung tema “Aksi Generasi Muda Indonesia dalam Diplomasi Lingkungan” serta peluncuran tiga lomba yang merupakan rangkaian Hari Lingkungan Hidup Sedunia Tahun 2024 dan HUT RI ke-79. Semakin semarak Festival Pengendalian Lingkungan 2024 juga akan dimeriahkan oleh penampilan pagelan seni dan budaya serta pertujukan dari band terkemuka Indonesia.

Tantangan triple planetary crisis pada dekade terakhir, ditandai dengan peningkatan aktivitas industri dan konsumsi manusia telah mengakibatkan pencemaran lingkungan. Pencemaran udara, air, dan kerusakan lingkungan telah menjadi masalah serius yang harus kita segera selesaikan karena memengaruhi kesehatan manusia, keberlanjutan ekosistem, dan stabilitas iklim global. Pencemaran udara dari emisi industri dan transportasi telah menyebabkan peningkatan polusi udara di berbagai kota metropolitan. Di sisi lain, pencemaran air dari limbah industri dan domestik telah mengancam sumber daya air bersih yang sangat penting bagi kehidupan. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) selama satu dekade terakhir terus meningkatkan upaya dalam hal pengendalian pencemaran lingkungan. Sejak tahun 2016 KLHK mengembangkan sistem pemantauan kualitas udara dan kualitas air yang mengutamakan produksi dalam negeri. Hasilnya telah terbangun stasiun pemantuan kualitas air sejak tahun 2015-2023 sebanyak 194 unit dan jumlah stasiun yang terintegrasi sebanyak 154 unit serta telah dibangun 68 unit Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien (SPKUA).

Selain itu juga dikembangkan sistem yang langsung memantau air limbah dan emisi udara dari industri. Hingga tahun 2023, jumlah industri yang telah terkoneksi sistem pemantauan kualitas air limbah sebanyak 370 industri dari total 486 industri, dan Jumlah industri yang telah terintegasi ke dalam sistem pemantauan emisi udara sebanyak 310 cerobong dari 122 industri.

Terobosan lain adalah keberhasilan pelaksanaan pemulihan ekosistem gambut melalui pengaturan regulasi, konsistensi dalam pembinaan dan pengawasan, pelibatan perusahaan, perguruan tinggi, dan masyarakat setempat. Dengan penggabungan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup serta adanya kebijakan progresif PP 54 tahun 2016 yang disertai dengan penguatan kelembagaan, pembinaan dan pengawasan yang konsisten maka berhasil dipulihkan 5,57 juta hektar lahan gambut yang terdiri dari pemulihan di lahan konsesi sebesar 3,93 juta hektar dan di lahan masyarakat seluas 42.480 hektar oleh KLHK dan 1,65 juta hektar di kawasan areal penggunaan lain oleh BRGM. 

Dengan keberhasilan ini, maka terjadi penurunan luas kebakaran hutan dan lahan dari gambut. Pada tahun 2015 terdapat luas karhutla di lahan gambut seluas 891.275 hektar atau 34% dari total luas karhutla, tahun 2019 turun menjadi 483.111 hektar atau 30% dari total luas karhutla, kemudian pada tahun 2023 semakin turun menjadi 182.789 hektar atau 16,38% dari total luas karhutla.

Selain itu, sistem pembinaan peningkatan kinerja dunia usaha melalui PROPER berhasil mendorong kinerja perusahaan melalui penerapan Life Cycle Assessment, Eco-Inovasi, Inovasi Sosial, dan Penghitungan Social Return of Investment (SROI) untuk menilai efektivitas program pemberdayaan masyarakat. Dengan penerapan tersebut tercatat, pada tahun 2023 tercatat 1.193 eco-inovasi dengan penghematan mencapai 158,53 trilun Rupiah atau meningkat 23,6 persen dari tahun 2022. Eco Inovasi tersebut berasal dari efisiensi energi sebesar 554,8 juta GJ, penurunan emisi GRK sebesar 229,6 juta ton CO2eq, penurunan emisi konvensional sebesar 15,8 juta ton, reduksi Limbah B3 sebesar 55,4 juta ton, 3R limbah non B3 sebesar 34,8 juta ton, efsiensi air sebesar 437,32 juta m3, penurunan beban pencemaran air sebesar 6,02 juta ton dan upaya perlindungan keanekaragaman hayati seluas 308 ribu hektar.

Perbaikan kualitas lingkungan yang tercermin dalam peningkatan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) tahun 2023 meningkat 0,12 poin dan mencapai target nasional. Indeks Kualitas Udara (IKU) meningkat 0,61 poin, Indeks Kuatitas Air (IKA) meningkat 0,71 poin, Indeks Kualitas Lahan (IKL) meningkat 1,07 poin, Indeks Kuatitas Air Laut (IKAL) menurun 5,57 poin. Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan diantaranya adalah aspek pengembangan pemantauan kualitas lingkungan. (Dinda)
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar







ADVERTISING

ADVERTISING